TekekNologi - Hadirnya 5G di Indonesia membuat beberapa operator pun mulai mengkomersialkannya. Salah satunya dan yang pertama adalah Telkomsel.
Telkomsel merupakan operator yang pertamakali menggelar
komersial 5G di Indonesia, demi tergelarnya 5G di Indonesia, Telkomsel harus
menggunakan pita frekuensi 2.300 MHz untuk data plane dan pita frekuensi 1.800
MHz untuk control plane.
5G telah berhasil membawa koneksi yang begitu cepat dan
membuat orang tertarik untuk bisa menikmati layanannya tersebut melalui
beberapa penyedia jasa koneksi 5G.
Hadirnya 5G juga sangat penting dalam hal perkembangan industry
dari berbagai aspek, komersial,IoT, proyek smart city, hingga pada dunai bisnis,
perbankan, serta pendidikan dan masih banyak lagi.
Namun begitu, 5G juga
tak lepas dari hoax dan mitos dalam kehadirannya, lalu apa saja mitos
tentang 5G.
1. 5G Menggantikan 4G LTE
Salah satu mitos yang banyak tersebar kabarnya adalah
jaringan 5G akan menggantikan 4G LTE. Jaringan 5G memang memiliki peningkatan
yang jauh lebih baik dari 4G. Namun begitu 5G tidak akan menggantikan 4G LTE.
Karena faktanya 5G dibangun di atas jaringan 4G LTE dengan
menggunakan radio dan software yang telah diperbarui.
Jaringan 5G tidak akan menggantikan 4G LTE karena pada dasarnya
4G menyediakan dasar untuk struktur 5G. Pada saat telepon seluler pengguna
tersambung ke jaringan 5G maka pengguna akan mendapatan koneksi yang cepat dari
5G.
Sebaliknya, ketika pengguna sudah tidak berada dalam
jangkauan 5G, maka telepon seluler akan dialihkan koneksinya ke sambungan 4G.
2. Penyebab Matinya Ratusan
Ekor Burung
Pada 2020 lalu media sosial sempat diviralkan bahwa di klaim
5G merupakan penyebab dari kasus kematian yang menimpa ratusan burung di
Belanda.
Postingan tersebut di posting oleh akun Facebook bernama Tim
Emslie, dia menduga kejadian janggal tersebut disebabkan oleh jaringan 5G yang
baru saja dibangun di sisi lain tempat kejadian matinya ratusan ekor burung
itu.
Namun faktanya, ratusan burung tersebut mati karena burung
berupaya menghindari cuaca buruk atau hewan liar di daerah tersebut, sehingga
burung-burung itu mati menabrak dan melukai diri mereka sendiri di semak-semak.
Foto yang di unggah oleh Emslie juga merupakan foto dari
insiden yang terjadi pada 2019 di Anglesey, Wales.
3. Jaringan 5G Boros Kuota Data
Dalam penggunaan kuota data, semuanya tergantung pada
kebijakan pemakaian pengguna. Jaringan 5G memang menghadirkan serta menawarkan
pengalaman yang jauh lebih tinggi daripada generasi sebelumnya.
Semakin cepat koneksi data, akumulasi data yang dikonsumsi
kemungkinan lebis besar. Jadi apakah 5G boros kuota data atau tidak adalah bisa
iya, bisa juga tidak.
4. Dapat Merusak Otak
Sempat beredar kabar juga bahwa 5G berpotensi dapat membakar
jaringan otak manusia. Kabar ini datang dari teori yang dikemukakan oleh
seorang fisikawan yang memaparkan bahwa gelombang pada frekuensi tinggi dapat
mempercepat kinerja otak dalam menyerap gelombang tersebut secara ekstrim.
Akibat rumor ini beredar, menimbulkan kekhawatiran risiko
kesehatan manusia, yang salah satunya adalah kerusakan jaringan otak akibat
terbakar dalam suhu yang tinggi.
Tak lama setalah rumor ini beredar, banyak ilmuan yang
melakukan uji coba untuk mematahkan teori yang mengaktan bahwa 5G dapat merusak
jaringan otak.
Otoritas kesehatan di Jerman, Finlandia, dan Norwegia juga
turut menegaskan bahwa paparan jaringan 5G tidak menimbulkan efek kesehatan
yang merugi jika paparan ini masih dalam batas yang direkomendasikan.
5. Penyebab Menyebarnya Covid-19
Mitos yang terakhir ini sempat membuat dunia heboh,
bagaimana tidak? Kemunculan virus Covid-19 menyebar setelah kabar beberapa negara
telah menyediakan layanan 5G di negeranya.
Salah satunya saat itu adalah China, karena di China juga
sudah tersedia 5G saat itu dan juga dibarengi hadirnya virus Covid-19.
Mitos tersebut kemudian di sangkal oleh WHO Organisasi
Kesehatan Dunia, WHO menegaskan bahwa virus Covid-19 turut menyebar di berbagai
negara yang belum mengimplementasikan jaringan seluler 5G, salah satunya adalah
Indonesia yang saat itu masih belum ada operator yang mengkomersialkan 5G.
Faktanya adalah virus Covid-19 menyebar melalui hembusan
udara atau droplet dari seseorang yang diduga terkontaminasi ke orang lain
secara langsung, bukan melalui 5G